Gala Sanca

Dunia sedang dibuat panik dengan adanya virus corona. Virus corona berasal dari kota Wuhan, China dan sudah menyebar di hampir seluruh negara. Gejala orang yang terkena virus corona antara lain batuk, demam, dan sulit bernafas. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan orang yang terkena virus corona. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Seperti rajin mencuci tangan, hindari kontak dengan orang yang sakit, dan menutup mulut saat bersin dan batuk. Pemberitaan yang heboh tentang virus corona ini membuat berbagai spekulasi dan teori konspirasi. Sebagian umat muslim percaya, bahwa virus corona merupakan azab dari Allah untuk perlakuan negara China terhadap muslim Uighur. Wabah virus yang mematikan sudah ada sejak zaman nabi. Wabah tersebut salah satunya adalah kusta yang menular dan mematikan. Rasulullah saw bersabda, إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا A...

Dulu di-bully sekarang dinikmati Media sosial tengah diramaikan dengan postingan video TikTok. Mulai dari anak sekolah, ibu-ibu, bahkan artis terkenal berjoget dari aplikasi tersebut. Tapi siapa yang menyangka, TikTok yang saat ini ramai penggunanya, dulu pernah hilang dari tanah air. Bahkan sekarang, menkominfo membuat akun tiktok yang memiliki 30 unggahan video. Bagaimana pasang surut dari aplikasi TikTok di Indonesia? Berikut pro-kontra TikTok dulu yang pernah di-bully hingga sekarang dinikmati. Kemudahan membuat konten video dengan TikTok Banyak platform yang dijadikan sebagai media konten kreator dalam mempopulerkan dirinya. Instagram dan Youtube sudah melahirkan banyak orang terkenal dengan kreatifitas kreatornya dalam membuat konten video. Namun, membuat konten video sepertinya sudah dipermudah dengan kehadiran TikTok. Aplikasi ini dapat membuat video berdurasi sampai 60 detik dengan berbagai fitur dan musik yang sudah tersedia. Penggunanya hanya tinggal menari dan m...

Dunia makin rame sama yang namanya media sosial (medsos). Banyak banget platform medsos yang berkembang biak di masyarakat. Instagram, facebook, twitter, bahkan whatsapp udah jadi makanan favorit. Gw paling risih sama orang yang ngeributin status di medsos. Bukan dari isi statusnya, tapi dari cara orang nanggepin update-an status itu sendiri. Statusnya sih gak masalah, selama isinya gak ada maksud buat nyindir, ngerendahin, atau menghina. Yang jadi masalah, cara orang menyikapi update status orang lain. Pasti masih bingung arahnya mau kemana, yekans? Hahaha... Beberapa hari yang lalu, temen gw (sebut aja si mawar) sempet cek cok sama temen gw yang lain (sebut saja melati). Pertamanya gw cerita sama mawar. "Eh bray, lu ngeliat statusnya melati ga?" Gw nanya gitu bermaksud buat ghibah bersama. Pan kalo sama-sama tau, jadi nyambung ghibahannya. "Kagak. Status yg mana?", kata mawar. "Dih, masa gak liat. Status yg di wa" Terus gw tunjukin statusnya ...