Cerita Bu Masni: Mengajar di masa Pandemi Covid-19

 Assalamualaikum Wr. Wb.

 

          Nama saya Masni, S.Pd., guru SDIT Al Husna Kota Tangerang sebagai guru kelas. Pada kesempatan ini, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Tangerang mengajak kepada guru dan siswa untuk ikut lomba yang temanya sudah ditentukan, yaitu :

“Pengalaman Belajar dan Mengajar di Masa Pandemi Covid 19”

 

Tujuan saya ikut lomba ini :

  1. Menulis itu kegemaran saya
  2. Senang dan bangga dapat berpartisipasi dan menjadi bagian kecil dari suatu instansi Pemerintah Kota Tangerang yang saya banggakan (saya lahir di kota Tangerang)
  3. Mendapat pengalaman yang mungkin dapat diceritakan kepada anak, cucu, teman dan akan menjadi kenangan yang indah.

 

Dokpri.

Baiklah, saya mulai cerita.

Nama                               : Masni

Tempat, tanggal lahir       : Tangerang, 07 Mei 1965

 

          Melihat usia saya yang sudah lanjut, banyak orang mengatakan saya guru jadul (jaman dulu). Ya, saya guru jadul dan gaptek (gagap teknologi). Walaupun saya gaptek, tetapi saya tidak berhenti dalam belajar. Belajar inovasi dalam mengajar, mencoba metode-metode baru, dan belajar juga tentang teknologi canggih yaitu laptop dan handphone.


          Hasilnya alhamdulillah, saya dapat mengoperasikan handphone. Misal Whatsapp, Zoom, dan Youtube. Dulu tidak terpikir kalau handphone (HP) bisa menjadi media belajar-mengajar. Saya hanya berpikir fungsi utamanya saja, yaitu sebagai alat komunikasi. Ternyata HP berkembang pesat sehingga bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga bisa foto, game, menyimpan data, rekaman video, voicenote, dan masih banyak lagi.


 
Dokpri. : Rekaman membuat video pembelajaran.

          Berawal di pertengahan Maret 2019, Covid-19 melanda Indonesia dan seluruh negara di dunia. Ada istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), itu artinya kita dibatasi dalam bergerak dan beraktivitas. Ada istilah di rumah saja, artinya kalau tidak urgen jangan keluar rumah. Ada lagi aturan menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain, yaitu dengan 3M.

1.    Memakai masker

2.    Mencuci tangan

3.    Menjaga jarak

 

Aturan yang paling miris yaitu tempat-tempat keramaian ditutup. Mal, bioskop, tempat wisata, rumah ibadah. Orang yang ingin ibadah pun dibatasi dengan jaga jarak. Tidak kalah menyedihkan, sekolah dan universitas pun ditutup dengan alasan tidak boleh orang berkerumun. Nah, dari situlah pembelajaran online dimulai. Siswa tidak lagi datang ke sekolah. Guru harus menjalankan kewajibannya, memberi pelajaran secara online. Pembelajaran online memang banyak kendala dari pihak guru.

 

Guru gaptek harus banyak belajar. Belajar metode pembelajaran jarak jauh. Mulai dari membuat video, voicenote, Zoom meeting atau video call kepada siswa.

 

Terkadang guru ragu. Sebab ketika siswa setor tugas, semua dapat nilai seratus. Anak pandai, anak yang kemampuannya kurang, anak yang ketika di kelas pasif. Semua setor tugas nilainya seratus.

 

Ada lagi kendala lain. Orang tua kewalahan dan kecapean. Sebab pulang kantor masih juga ngajarin anak belajar di rumah. Banyak orang tua yang mengeluh,

“Cape…”

“Kapan sih masuk sekolah?”

“Kapan sih Covid-19 berakhir?”

Keluhan orang tua ada yang disampaikan langsung kepada guru, ada juga yang ditulis sebagai status.

 

          Pernah saya (sebagai guru) bertanya kepada orang tua murid, “Apakah ada kendala dalam belajar anak? Apakah ada kesulitan dalam belajar anak?”. Rata-rata menjawab sulit banget membimbing anak belajar di rumah. Anak belajar dengan orang tua beda dengan anak belajar dengan guru. Dengan orang tua bisa bermalas-malasan. Dengan orang tua bisa membantah dan terkadang menangis, sebab orang tua sudah cape bekerja. Seharusnya pulang bisa istirahat atau mengerjakan yang lain, ini menambah pekerjaan. Cara orang tua menjelaskan dan penyampaiannya beda dengan guru. Sehingga kadang anak berkata, “Kok beda dengan guruku?”.

 

Belajar di rumah, waktu tidak terbatas. Kadang belajar pagi – siang. Terkadang juga belajar malam, menunggu bunda pulang.


             Saya sendiri juga berpikir, “Bagaimana nasib generasi selanjutnya?”. Kalau di sekolah siswa bukan hanya menuntut ilmu, tetapi mereka dibimbing akhlaknya, etika bicara, sopan santun. Saya menyimpulkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tidak efektif, banyak kendala. Hasil belajar anak tidak dapat menjadi tolak ukur. Nilai menjadi kurang akurat.

 

          Harapan saya sebagai guru dan harapan semua orang, semoga keadaan kembali normal. Kasihan anak, kasihan orang tua murid. Sedangkan guru tidak berdaya untuk berbuat. Semoga Allah segera angkat pandemi Covid-19 ini. Allah limpahkan rahmatnya kepada orang-orang soleh, solehah, orang-orang sabar, orang-orang beriman, dan pemimpin yang amanah.

 

          Demikian tulisan saya. Semoga ada manfaatnya bagi Pemerintah Kota Tangerang Dinas Pendidikan, agar mengetahui keadaan di lapangan. Supaya segala kendala dan kesulitan ada solusinya. Terima kasih pak Arief Walikota Tangerang dan semua unsur yang terkait.

 

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Referensi situs web untuk ide menulis

TUGAS MEMBUAT PROPOSAL KEGIATAN - SMA Al Husna Kota Tangerang Tahun Pelajaran 2022/2023

Maraknya Pemakaian Narkoba - Retno Juwita XI MIPA

Pola Hidup Sehat - Julirpan XI MIPA