Mulai berkonten sekarang!
Matahari terbit dengan senyum yang indah, tanda dimulainya kegiatan setelah istirahat panjang lewati malam. Ibu-ibu sibung mengurus rumah, anak-anak belajar di sekolah, dan sebagian lainnya keluar untuk bekerja. Hal tersebut sudah sangat lumrah. Toh, manusia hakikatnya bergerak, bukan?
Mereka yang bekerja pasti berorientasi pada uang. Walaupun beberapa mengharapkan keberkahan, tidak menapik kalau yang diperoleh dari hasil bekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup. Mereka pun akan meningkatkan loyalitas kerja, karena merasa kebutuhan hidupnya sudah tercukupi. Tapi apakah manusia akan selalu seperti itu? Bekerja dari pagi ke petang, bahkan larut malam hanya untuk memutar usaha orang lain? Hal ini pernah terpikirkan oleh saya ketika bekerja di retail dulu.
Waktu saya bekerja di salah satu perusahaan retail, memperhatikan siklus gonta-ganti karyawan. Ada yang mundur karena berbagai alasan. Ada pula yang masuk, menggantikan mereka yang sudah keluar. Sebuah pikiran pendek terlintas dalam benak saya, "Apa yang akan saya lakukan jika posisi saya seperti mereka yang keluar?". Pertanyaan yang singkat, namun butuh waktu untuk menjawabnya.
Rekan saya yang keluar dari retail bervariasi nasibnya. Ada yang masih mencari pekerjaan baru. Ada yang mulai merintis usaha dari uang pesangon. Ada yang langsung bekerja di tempat baru. Kalau seperti itu, mau sampai kapan kita menggantungkan hidup pada perusahaan atau lembaga tertentu? Sampai sudah kaya? Apakah kekayaan yang kita miliki akan cukup memenuhi kebutuhan hidup hingga kita berpulang kepada-Nya?
Anggap saja perusahaan adalah sebuah mesin dan manusia adalah tenaganya. Tenaganya suatu saat akan habis oleh mesin. Setelah tenaganya habis akan digantikan dengan tenaga baru.
Manusia diberi anugerah luar biasa dari Sang Maha Kuasa berupa akal pikiran. Dari akal pikiran itu muncul berbagai keputusan, pola berpikir logis, dan kreatif. Tindak kreatif dapat dijadikan karya yang juga bisa memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya sudah sangat banyak. Sebut saja para seniman dan konten kreator di berbagai platform. Mereka juga berjuang sama seperti para pekerja perusahaan. Yang membedakannya, para seniman dan konten kreator bekerja untuk diri mereka sendiri, bukan perusahaan atau lembaga tertentu.
Sudah banyak platform yang menyediakan fasilitas untuk mengasah kita menghasilkan karya. Jika kalian senang berbicara di depan umum, kalian bisa berkarya lewat video. Jika kalian mampu mengolah kata menjadi bacaan yang bermanfaat, kalian bisa menulis di blog dan media sosial. Jika kalian tidak pede di depan kamera, kalian bisa merekam suara dan menyiarkannya lewat podcast. Jika kalian suka menggambar, kalian bisa mempublikasikannya di dunia maya. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Semua pasti bisa! Saya teringat satu motivasi tentang usaha dan kerja keras,
Bukan bisa atau tidak bisa,
Tapi mau atau tidak mau.
Bisa karena terbiasa.
Yuk, mulai berkonten sekarang! Jangan dulu menghitung berapa rupiah yang akan didapat, tapi mulailah sebagai investasi berharga di masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar